Archive for Januari 2014

Biografi Saya



Berkecamata, agak pendek tapi emang pendek dan mencoba menaikkan tinggi badan, katanya suaranya merdu amin…, yah itulah sedikit deskripsi tentang saya yang biasa dipanggil celly’ namun memiliki nama asli RUSLI USMAN PARAKKASI, sebenarnya nama ini tidak sesuai dengan akta kelahiran saya tapi setelah beberapa kali mengalami metamorfosa jadinya yang seperti kita liat. Nama saya itu kata mama'ku diambil dari sahabat bapak saya yang bernama Rusli bambeng yang tinggal di Kupang NTT orangnya sangat baik dan beliau selalu memberikan uang kepada saya jadi bapak saya berharap semoga saya kelak juga jadi orang dermawan, penolong dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Amin...

               Saya lahir diperbatasan hehehehe maksud saya disebuah kota indah yang berada di NTT tepatnya di KUPANG tanggal 23 bulan April tahun 1996 cukup muda kan...??? dari pasangan yang bernama Muh.Usman Parakkasi Spd.I dan Nurlaila. Saya anak ke 2 dar 3 bersaudara, kakak saya bernama Rudi Salam dan adik saya bernama Nurdin. Tempat saya berpindah-pindah mulai dari tanah kelahiran saya di Kupang kemudian berpindah ke Bone tanah kelahiran ayah saya karena waktu itu rumah saya dibakar oleh orang yang tidak bertanggung jawab, kemudian dari Bone pindah ke Kabupaten Poso, tempat ayah ibu saya namun kembali berpindah setelah adanya insiden rontak pada waktu itu dan kabarnya terdengar samapi kepelosok negeri, dan tempat yang saya tuju itu adalah Kota Sengkang Kabupaten Wajo tempat dulunya ayah saya mengenyam pendidikan dan juga tempat saya belajar mulai SD hingga SMA. Hmm itu sech sedikit cerita biografi saya dan adapun spesifiknya bisa dilihat dibawah ini.

Nama : Rusli Usman Parakkasi

Panggilan : Celly

TTL : Kupang, 23 April 1996

Pendidikan :

SD di SDN 7 Maddukkelleng Kec.Tempe Kab.Wajo

SMP di SMP Negeri 6 Unggulan Sengkang Kab.Wajo

SMA di SMA Negeri 1 Sengkang Kab.Wajo

Sementara ini Kuliah di Universitas Negeri Makassar (UNM) dan mengambil Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (S1)

Karir Organisasi :

Mulai SMP :

- P.O SMP 6 Unggulan Sengkang Kab.Wajo

- PMR SMPN 6 Unggulan Sengkang Kab.Wajo

- Sebagian Anggota Pendiri Sispala Khatulistiwa SMPN 6 Unggulan Sengkang Kab.Wajo sekaligus merangkap menjadi anggota pertama.

SMA :

- Pengurus Osis SMA Negeri 1 Sengkang Periode 2010/2011

- Ketua OSIS SMA Negeri 1 Sengkang Periode 2011\2012

- Pengurus Repis (Remaja pencinta mesjid)

- Pramuka Penegak Bantara Ambalan Has-Kar

- Anggota sekaligus pengurus KOMPAS (Kelompok Pencinta Alam SMANSA)

- Ka.Krida LANTAS PRAMUKA SAKA BHAYANGKARA POLRES WAJO

Perguruan Tinggi :

- Anggota KOPMA (Koperasi Mahasiswa) Almamater UNM

- Anggota muda Paduan Suara Mahasiswa UNM "Pinisi Choir)

Prestasi :

1. Juara 1 Vokal Grup tk.SMP seKAB.WAJO

2. Juara 2 Akustik tk.SMP seKAB.WAJO

3. Juara 1 Nyanyi Solo tk.SMP seKAB.WAJO

4. Juara 1 Akustik tk,SMA seKAB.WAJO dalam rangka Pekan 1 Muharram

5. Juara 1 Lomba OSN Mapel Astronomi SeKAB.Wajo

6. Finalis BEP(Bahana Ekspresi Belajar) tk.SMA seKAB.WAJO

7. Juara 4 lomba Cerdas Cermat KPU selaku ketua grup tk.SMA seKAB.WAJO

8. Juara 2 Lomba Tari selaku Pemusik tk,SMA seKAB.WAJO

9. dll

Mungkin itu sedikit perkenalan tentang saya.Wassalam.   

  

              
   
     
Selasa, 14 Januari 2014
Posted by Rusli Usman
Tag :

Contoh Resensi Buku



Judul Buku : Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen pada Hewan: Telaah Fikih dan Bioetika Islam
Penulis : Abul Fadl Mohsin Ebrahim
Penerjemah : Mujiburohman
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta 2004
Tebal : 200 halaman
SERING kali, orang itu berhasil mengatasi sakit ringan dengan beristirahat, melakukan proses pengobatan, menjalani diet, dan lainnya. Namun, kita tidak dapat menampik kemungkinan bahwa suatu saat, salah satu organ tubuhnya tidak berfungsi lagi dengan baik. Pada saat inilah, tergantung pada sifat kerusakan organ. Orang itu harus menjalani pembedahan atau mengganti sama sekali organ tubuhnya yang rusak melalui transplantasi.
Mengganti organ tubuh yang sakit atau rusak sebenarnya sama sekali bukanlah inovasi abad modern. Jeff E. Zhorne menyatakan bahwa sejak awal abad ke-8 SM, para ahli bedah Hindu telah melakukan transplantasi kulit untuk mengganti hidung yang hilang karena penyakit sipilis, perang fisik, atau hukuman atas suatu kejahatan. Dalam literatur hadis juga dituturkan peristiwa ‘Ufrajah, seorang sahabat Nabi saw. yang kehilangan hidung dalam suatu pertempuran dan diganti dengan hidung palsu dari perak. Hidung peraknya beberapa waktu kemudian menimbulkan bau yang tidak sedap, sehingga ia meminta nasihat Nabi saw. Nabi kemudian menganjurkan agar ia mengganti hidung perak itu dengan hidung palsu lain dari emas.
Dalam buku yang ditulis oleh Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Guru Besar Studi pada Universitas Durban-Westville, Afrika Selatan ini, diungkapkan setidaknya ada tiga tipe transplantasi organ. Pertama, autotransplantasi. Tipe ini meliputi praktik-praktik transplantasi yang menggunakan bagian-bagian tubuh atau organ dari, dan pada, tubuh si pasien itu sendiri. Dalam hal ini, transplantasi kulit, tulang rawan, otot, dan tulang merupakan praktik-praktik yang sering dilakukan dalam bedah ortopedis.
Kedua, homotransplantasi (allotransplantasi). Tipe ini meliputi transplantasi organ pada spesies yang sama, seperti sesama manusia atau sesama binatang dari spesies yang sama. Ketiga, heterotransplantasi. Tipe ini merupakan transplantasi dari hewan kepada manusia atau antara hewan satu dengan hewan lain dari spesies yang berbeda.
Terlepas dari fakta bahwa berbagai tipe transplantasi organ ditujukan untuk mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun, transplantasi organ juga memunculkan banyak persoalan etis-hukum Islam. Autotransplantasi tidak menimbulkan masalah karena transplantasi ini dilakukan dengan menggunakan bagian-bagian tubuh atau organ dari si pasien itu sendiri. Tetapi, dua tipe transplantasi lainnya menimbulkan sejumlah persoalan.
Misalnya, transplantasi ginjal babi, yang ukurannya hampir sama dengan ginjal manusia, kemungkinan berhasil dilakukan dalam waktu dekat, sehingga akan menjadi salah satu pilihan realistis bagi banyak orang. Namun kita tahu, hukum Islam melarang pemanfaatan bagian tubuh hewan mati serta bagian apa pun dari babi. Lalu dapatkah kaum Muslim menerima ginjal babi ketika ginjal mereka tidak berfungsi? Jika jawabannya ya, maka timbul keharusan untuk meneliti keabsahan eksperimen pada binatang dari sudut pandang Islam.
Untuk mencari tahu jawaban seputar permasalahan transplantasi organ ditinjau dari segi keilmuan kedokteran (medis) maupun telaah fikih dan bioetika Islam tersebut, kita bisa menemukannya di dalam buku yang memiliki tebal 200 halaman ini. Buku ini, secara garis besar dibagi menjadi empat bagian yang terdiri dari 17 bab.
Bagian satu, membahas masalah eksperimen pada hewan. Pada bagian ini diungkap tentang hak-hak hewan, perlindungan hewan dalam Islam, praktik para ahli pengobatan muslim, dan bagaimana prinsip-prinsip hukum Islam dalam eksperimen pada hewan.
Bagian dua, membahas seputar transfusi darah yang meliputi bebarapa konsep tentang darah, realitas transfusi darah saat ini, dan bagaimana ketentuan-ketentuan fikih berkait masalah transfusi darah. Pada bagian tiga, membahas masalah transplantasi organ manusia. Masalah yang dibahas meliputi, bagaimana pemanfaatan bagian tubuh manusia menurut fikih, pandangan ulama kontemporer tentang transplantasi organ, resolusi fikih tentang transplantasi organ; bagaimana menyikapi pencantuman donor organ dalam wasiat dan seputar masalah kloning manusia.
Pada bagian empat, dibahas seputar masalah waktu kematian. Pada bagian akhir ini kita diajak untuk melihat tentang penentuan kematian dari sudut ilmu kedokteran, konsep kematian dalam Alquran, pertimbangan ulama tentang akhir hidup manusia, bagaimana resolusi fikih tentang kematian otak, dan masalah eutanasia.
Terkait masalah eutanasia, dalam buku ini diungkapkan bahwa eutanasia pada hakikatnya adalah pencabutan nyawa seseorang yang menderita penyakit parah atas dasar permintaan atau kepentingan orang itu sendiri. Dengan kata lain, eutanasia artinya membiarkan seseorang mati dengan “mudah dan baik”. Atau sebagai “pembunuhan dengan belas kasih” terhadap orang sakit, luka-luka, atau lumpuh yang tidak memiliki harapan sembuh, dan didefinsikan pula sebagai pencabutan nyawa -dengan sebisa mungkin tidak menimbulkan rasa sakit-seorang pasien yang menderita penyakit parah dan mengalami kesakitan yang sangat menyiksa (hal. 148).
Sementara itu, menyangkut motivasi melakukan eutanasia, para pendukung eutanasia menjustifikasi pendirian mereka berdasarkan hal-hal berikut: (a) Faktor ekonomi, (b) Pertimbangan ruangan, tempat tidur, petugas, dan peralatan medis di rumah sakit yang justru dapat dimanfaatkan oleh pasien-pasien yang lain, dan (c) Mati dengan layak (hal. 155).
Pertanyaannya, bila fakta bahwa transplantasi organ tidak dapat menanggulangi problem penyakit parah, akankah eutanasia diizinkan sebagai jalan untuk mengakhiri penderitaan pasien? Jawabannya ada dalam buku ini. Walaupun diakui oleh penulisnya, buku ini bukanlah jawaban final untuk problem-problem seputar masalah di atas, tetapi insya Allah, buku ini menjadi titik tolak bagi studi lebih lanjut. Apalagi meski buku ini hasil terjemahan, tapi kita yang membacanya terasa nyaman, mengalir, dan mudah dipahami. Pokoknya, tidak rugi mengoleksi buku ini. Lebih-lebih topik ini masih jarang ada di pasaran. Wallahu a’lam.***
Posted by Rusli Usman
Tag :

Popular Post

Pages

Visitors

Rusli Usman. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

- Copyright © RUSLI Blog -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Rusli Usman -